Konsisten Peduli Lingkungan, Duo Etnicholic Konser Di KALIKU Pakisaji

Caption : Suasana konser Duo Etnicholic yang di gelar di bantaran KALIKU Pakisaji kemarin malam.

MALANG | mataelangnusantara.com – Grup Duo Etnicholic telah mewarnai belantika musik Nusantara dalam 2 tahun ini, grup musik ini mengangkat gendre musik etnik. Saat ini grup musik asal Kota Malang sedang Tur album baru yang bertajuk ” Nandur Kamulyan”. Yang menarik promo album mereka kemas dengan mengadakan konser dari kampung ke kampung. Sabtu (23/07/2022)

Bacaan Lainnya

Duo Etnikholic telah pula torehkan prestasi internasional, yaitu pada tahun 2020 mereka menjuarai ajang SUPRAVISTA FEST ITALIA kategori Mixed Vokal dan Instrument yang diikuti oleh perwakilan grup musik dari 33 negara. Grup band etnik yang dikomandoi oleh Redy Eko Prasetyo dan didukung Anggar syafi’ah, David Andrea, Kurnia Wahyu dan Ocep rock.

Pada Jum’at (22/07/2022) Duo Etnicholic adakan konser Tur Kampung Part -6 di Pakisaji Kabupaten Malang, dimana di tempat konser tersebut telah ada bantaran sungai yang sudah terlihat bersih dan rapi dan juga telah dilengkapi gubuk dan warkop.

Menurut Redy Eko Prasetyo atau yg akrab dipanggil Redy ” untuk promo album Nandur Kamulyan ini kami memang buat berbeda dari promo album yang biasa grup musik lakukan. Kenapa harus konser kampung ke kampung, sebab hal tersebut sama dengan tema dari album Nandur Kamulyan yang kalo diartikan dalam bahasa Indonesia adalah menanamkan kemuliaan/kebaikan kepada masyarakat “.

” Selain itu dengan promo album seperti ini, kami berharap ajakan untuk saling hormat menghormati antar manusia, peduli akan lingkungan dan melestarikan kembali kearifan lokal yang kami sajikan dalam bentuk lirik dan musik ini bisa lebih merasuk di dalam masyarakat di kampung – kampung “.

” Melalui album Nandur Kamulyan ini kami juga berusaha mengajak masyarakat untuk tetap bersatu dalam menyongsong agenda pemilu 2024 mendatang. Kami juga akan terus kampanyekan apa yang sudah menjadi tekad kami yaitu prihal kemanusiaan, peduli lingkungan dan kearifan lokal.” Pungkanya. (Junaedi/02)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *