“Tampak panggung utama even Bantur Village Festival yang berhias wayangan“
MALANG-JATIM|mataelangnusantara.com – Desa Bantur Kabupaten Malang yang berlokasi kurang lebih 45 Km dari pusat Kota Malang, dalam 2 hari ( 06 – 07 Agustus 2022 ) punyai gawe besar yang bertema ” Bantur Village Festival” (BVF). Dalam gelaran itu disajikan berbagai acara dan pameran UMKM dari warga. Mulai seni budaya seperti kuda lumping hingga Cangkrukan Ngaji Budaya (CNB) hibur warga. Senin (08/08/2022)
Acara yang di gagas oleh Karang Taruna (Kartar) Banturono yang dikomandoi oleh Moch. Aan Subhan bekerja sama dengan Muspika Desa Bantur. Dalam puncak Bantur Village Festival yang dihadiri langsung oleh Drs. H. M. Sanusi, M.M Bupati Malang, Suwoko (Kades Bantur), tokoh masyarakat dan pengurus CNB. Dalam puncak acara event tersebut digelar Cangkrukan Ngaji Budaya yang disampaikan oleh Hisa Al-ayyubi dan Ki Priyo Sindhi.
Dalam keterangannya Bupati Malang M. Sanusi ” saya apresiasi gelaran BVF ini, apalagi yang menggagas adalah Kartar dimana didalamnya adalah para pemuda pemudi desa ini. Dengan disajikan pula berbagai seni budaya, saya mengajak warga untuk terus lestarikan seni budaya lokal dan asli Indonesia “.
Begitupula saya juga apresiasi dengan adanya pameran UMKM yang mempersembahkan hasil produk pangan dan hasil kerajinan tangan dari warga. Dengan adanya pameran UMKM ini juga menandai kebangkitan perekonomian warga dan juga tumbuhnya ekonomi kreatif di desa. Saya berharap melalui ajang bersih desa dan grebeg Suro ini desa di Kabupaten Malang akan banyak tumbuh UMKM handal dengan produk yang mampu bersaing di pasaran.” Pungkasnya.
Dalam gelaran CNB yang digelar pada malam hari, mengambil tema” Tontonan Tuntunan dan Santunan ” yang juga mengusung sebuah misi ” Memanusiakan Manusia ” itu Ki Priyo menceritakan tentang cikal bakal Desa Bantur. Dimana cerita ini bertujuan agar generasi sekarang lebih tahu dan lebih mencintai desanya, serta dapat melestarikan seni budaya asli Bantur.
Begitu juga Hisa Al-ayyubi selaku koordinator CNBdalam ceramahnya mengajak warga untuk menghilangkan perbedaan dalam agama, seharusnya adalah mencari persamaan. Gu Hisa juga mengajak untuk memanusiakan manusia dengan tujuan adalah adanya sikap saling hormat menghormati dan harapannya tidak ada lagi perbedaan diantara warga desa. (Team,Junaedi)