Caption : Tampak Prof. Effendi Gazali saat berdialog dengan keluarga korban di Gate 13 Stadion Kanjuruhan kabupaten Malang.
MALANG JATIM | mataelangnusantara.com – 21 hari pasca Tragedi Kanjuruhan yang hingga detik ini telah menelan 134 korban jiwa AREMANIA. Tragedi yang memilukan ini banyak menyita perhatian dari publik nasional hingga menjadi perhatian internasional. Prof. Effendi Gazali Salah satu tokoh nasional pun menyempatkan hadir di Stadion Kanjuruhan kabupaten Malang, guna melihat langsung kondisi dan mendengar langsung kesaksian dari korban dan keluarga korban Tragedi Kanjuruhan. Sabtu (22/10/2022)
Kehadiran pengamat sepak bola ini juga ditemani oleh Prof. Suko Widodo dan Habib Najib Atamimi pemilik Yayasan Al – Hassanah. Dari pengamatan mataelangnusantara.com, pada pukul 12.00 wib Rombongan Effendi Gazali turun tepat di depan pintu VIP Stadion Kanjuruhan.
Sesaat kemudian rombongan langsung menuju Gate 13 yang dimana saat terjadinya Tragedi Kanjuruhan banyak ditemukan puluhan AREMANIA yang sudah meninggal dunia dan luka – luka dengan kondisi yang mengenaskan.
Setelah sempat berbincang dengan keluarga korban Tragedi Kanjuruhan yang kebetulan sedang melangsungkan tahlilan. Rombongan melanjutkan perjalanan menuju acara diskusi di sebuah Cafe Resto yang tidak jauh lokasinya dari Stadion Kanjuruhan.
Menurut Effendi Gazali ” kedatangan saya dan teman – teman adalah untuk melihat langsung bagaimana sebenarnya pintu masuk dan keluar penonton di stadion ini. Adapun tujuan utama adalah Gate 13 yang menurut informasi dan video yang beredar ditemukan banyak AREMANIA yang meregang nyawa “.
” Ternyata ketika melihat langsung Gate 13, kondisi pintu yang hanya punyai lebar 2,5 mtr saja ini masih tertutup. Disebelah pintu ada sebuah tembok yang terlihat berlubang, konon lubang inilah yang dipakai AREMANIA untuk menyelamatkan diri dan keluar dari dalam stadion “.
” Ketika saya mendengarkan dan berdialog dengan beberapa korban dan keluarga korban Tragedi Kanjuruhan yang kebetulan berada di Gate 13. Ternyata sangat miris dan mengerikan ketika detik – detik ratusan AREMANIA berebut keluar hindari asap gas air mata “.
” Saya merasa harus ada pendampingan jangka panjang baik dari segi psikologis, ekonomi dan hukum untuk korban dan keluarga korban. Hal inilah yang nantinya akan kami upayakan dengan bersinergi dengan teman – teman yang berada di Malang. Terakhir saya berharap ini adalah peristiwa memilukan yang terakhir, kedepannya mari kita introspeksi dan saling menghargai serta hormat menghormati antar sesama manusia. (Junaedi)