Kendari,MataElangNusantara.com – Ribuan umat musim kota kendari laksanakan sholat Idul Adha 1443 H/2022 M di Masjid Raya Al Kautsar Kendari, Jl Abdullah Silondae, Mandonga, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, Minggu (10/07/2022).
Ribuan umat Muslim mengikuti rangkaian salat Ied yang diimami Ketua Majelis Ulama Indonesia atau MUI Sultra KH Mursyidin tersebut.
Mursyidin yang memimpin pelaksanaan salat sekaligus merupakan Imam Besar Masjid Al Kautsar Kendari.
Sedangkan, khatib salat Idul Adha di masjid raya yang dibangun tahun 2006 tersebut yakni KH Djakri Nappu.
KH Djakri adalah Ketua Umum Pengurus Masjid Raya Al-Kautsar sekaligus Wakil Ketua Umum MUI Sultra.
Hujan yang mengguyur Kota Kendari sejak pukul 06.15 wita tak menyurutkan masyarakat untuk menunaikan salat Idul Adha tahun ini.
Berdasarkan pantauan TribunnewsSultra.com, jamaah memadati bagian dalam masjid hingga ke lantai dua termasuk aula.
Begitupun sebagian pelataran masjid meski lantai masih basah akibat guyuran hujan deras tersebut.
Jamaah yang mengikuti salat Ied di masjid raya ini termasuk Gubernur Sultra Ali Mazi dan Penjabat Sekretaris Daerah atau Pj Sekda Sultra Asrun Lio.
Dalam ceramah Idul Adha 2022, KH Djakri mengajak umat Muslim untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Dengan meneladani kesabaran dan keikhlasan Nabi Ibrahim AS dan istri yang rela mengorbankan anak yang dicintainya.
Begitupun Nabi Ismail AS yang rela mengurbankan dirinya.
Menurutnya, makna Idul Adha mengandung beberapa aspek.
Salah satunya terkait hak asasi manusia dan hak manusia untuk hidup seperti diajarkan Nabi Ibrahim AS kemudian diteruskan oleh Nabi Muhammad SAW.
Makna Idul Adha juga mengajarkan manusia beragama untuk melawan hawa nafsu.
“Sehingga menjadi manusia seutuhnya yang tidak diperbudak oleh nafsu, manusia dan hamba seutuhnya di hadapan Allah,” jelasnya.
Idul Adha juga menjadi momentum muhasabah sebagai hamba Allah untuk semakin mendekatkan diri kepada-Nya dengan memperbanyak ibadah.
Mengajarkan manusia agar tidak lupa diri, salah satunya dengan membantu sesama yang membutuhkan bantuan dan uluran tangan.
“Peristiwa kurban bisa dimaknai untuk menangkal egois dengan mampu memberi apa yang dimiliki dan dicintai,” ujarnya. (Nafa)