Lonjakan Tagihan Air Picu Kemarahan Warga Obi, Konsultasi Publik Bersama PDAM Halsel Jadi Ajang Adu Argumen dan Klarifikasi

Obi, Halmahera Selatan – Kamis, 26 Juni 2025
Gedung Serbaguna Laiwui di Kecamatan Obi hari ini menjadi saksi pertemuan penting antara masyarakat dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Halmahera Selatan. Puluhan warga dari berbagai desa memadati ruangan tersebut dalam rangka menghadiri acara konsultasi publik terbuka yang digagas PDAM Halsel. Tak tanggung-tanggung, acara ini dihadiri langsung oleh Direktur PDAM, Soleman Bobote, sebagai wujud nyata respon terhadap polemik lonjakan tagihan air bersih yang belakangan dikeluhkan masyarakat.

Isu utama yang menjadi sorotan adalah lonjakan tagihan air yang melonjak drastis tanpa adanya pemberitahuan atau sosialisasi yang jelas sebelumnya. Banyak warga mengaku kaget karena biaya bulanan yang sebelumnya hanya berkisar Rp50.000 hingga Rp70.000, kini membengkak hingga Rp400.000.

Dialog Terbuka yang Penuh Ketegangan

Dalam suasana terbuka namun penuh ketegangan, masyarakat diberi ruang menyampaikan aspirasi dan keluhan. Salah satu warga Desa Buton secara lantang mengungkapkan, “Kami tidak pernah diberi tahu ada perubahan tarif. Tiba-tiba tagihan kami membengkak. Ini sangat merugikan dan tidak adil.”

Keluhan lain juga datang dari kepala desa dan tokoh masyarakat, yang menilai lemahnya sistem komunikasi PDAM menjadi akar dari ketidakpuasan masyarakat. Beberapa bahkan menyebut bahwa pelayanan teknis PDAM di Obi kurang responsif dan tidak tanggap terhadap pengaduan.

Direktur PDAM Akui Kelemahan dan Janji Perbaikan

Menanggapi banjir kritik tersebut, Soleman Bobote dengan terbuka meminta maaf di hadapan seluruh peserta. Ia menjelaskan bahwa kenaikan tarif air bukan keputusan sepihak, melainkan berdasarkan kebijakan tarif baru dalam Peraturan Daerah.

“Kami bukan perusahaan komersial, kami lembaga layanan publik. Tapi kami akui, kami kurang sosialisasi. Ini jadi catatan serius untuk kami benahi,” tegas Soleman.

Ia juga menjelaskan bahwa sebagian besar lonjakan tagihan berasal dari sistem pembacaan meter air yang baru diberlakukan. Sebelumnya, banyak pelanggan dikenakan tarif flat karena belum memiliki meteran, dan kini setelah sistem diperbarui, konsumsi yang sebenarnya mulai terekam.

Apresiasi dan Teguran dari Camat Obi

Camat Obi, Ali Lajaharia, turut hadir dan memberikan apresiasi atas kehadiran langsung jajaran PDAM dalam menyerap aspirasi masyarakat. Ia menyebut ini sebagai langkah positif menuju pelayanan publik yang lebih humanis dan transparan.

Namun, ia juga memberikan teguran tegas, “Saya minta ini tidak berhenti pada forum hari ini. PDAM harus aktif memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat. Jangan tunggu ribut dulu baru datang.”

Camat Ali juga menekankan pentingnya unit pelayanan lokal di Obi untuk lebih proaktif, menjalin komunikasi dua arah, dan segera menindaklanjuti aduan warga secara cepat dan profesional.

Komitmen Perbaikan Layanan Air Bersih di Obi

Mengakhiri diskusi, Soleman Bobote menyampaikan komitmennya untuk melakukan reformasi internal, termasuk:

Penguatan petugas lapangan di Obi.

Perbaikan sistem pembacaan meter.

Jadwal sosialisasi rutin di desa-desa.

Respons cepat terhadap laporan dan pengaduan masyarakat.

“Kami tidak ingin masyarakat merasa dikecewakan lagi. Kami berkomitmen untuk membangun kepercayaan dan pelayanan yang setara di semua wilayah, termasuk di Obi,” pungkasnya.

Penutup

Konsultasi publik ini menjadi gambaran nyata tentang pentingnya keterbukaan informasi dan komunikasi dalam pelayanan publik. Masyarakat Obi kini menaruh harapan baru agar polemik tarif air bisa diselesaikan secara adil, dan PDAM Halsel mampu membuktikan komitmennya dalam waktu dekat. Warga akan terus memantau, karena kepercayaan adalah hal yang harus dijaga, bukan hanya dijanjikan. Red

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *